IBX5B0A3CA409E1C Pengertian Puisi, Ciri, Jenis (Puisi Lama dan Baru), Unsur & Struktur Puisi - Yuk!Belajar

Pengertian Puisi, Ciri, Jenis (Puisi Lama dan Baru), Unsur & Struktur Puisi

Pengertian Puisi - Secara bahasa, kata “Puisi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata “Poites” yang artinya pembangun, pembuat atau pembentuk. 
Secara umum, Puisi adalah sebuah karya sastra berupa seni tulis yang merupakan bentuk ungkapan perasaan penulisnya melalui bahasa yang terikat dengan irama, mantra, rima dan lirik serta bait. Puisi merupakan karya sastra yang mementingkan bunyi, struktur, dan makna yang ingin disampaikan oleh penyair.
Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggungkapkan pikiran dan  perasaan dengan mengutamakan keindahan kata-kata. Di dalam puisi, kita dapat mengungkapkan berbagai hal, misalnya kegelisahan, kerinduan, atau pengagungan yang kita ungkapkan dalam bahasa indah. Hanya saja kita jarang menyadarinya bahwa itu adalah makna dari sebuah puisi.


Namun, pengertian puisi sampai saat ini masih diperbincangkan oleh berbagai  kalangan. Sering berubahnya pengertian puisi lebih disebabkan pada perkembangan puisi yang semakin hari semakin unik dan beragam mengakibatkan  lahirnya jenis-jenis puisi baru. Hal tersebut akan menimbulkan kesulitan  dalam menyimpulkan apa pengertian puisi sebenarnya.

Pengertian Puisi menurut Para Ahli

Suminto A Sayuti, puisi dapat dirumuskan sebagai “bentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman emosional, imajinatif, dan  intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; sehingga puisi itu mampu  membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar- pendengarnya.

William Wordsworth, puisi merupakan peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, diperoleh dari emosi yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian.

Waluyo, puisi adalah sebuah karya sastra. Semua karya sastra bersifat imajinatif.  Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak yang menggunakan makna kias dan makna lambang (majas).

Drs. Zainuddin, puisi merupakan karya sastra terikat ketentuan ataupun syarat tertentu dan pengungkapannya tidak begitu terperinci, tidak mendetail ataupun tidak meluas.

Slamet Mulyana, puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya.

Dari pengertian puisi menurut para ahli diatas kita dapat tarik kesimpulan bahwa puisi merupakan karya seni/karya sastra yang memiliki seni khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh karangan lain. Ini berkaitan dengan unsur-unsur instrinsik yang terdapat dalam puisi. Selain itu, puisi biasanya menjadi luapan perasaan yang mendalam bagi penulisnya. Para pujangga biasanya mendalami apa yang ditulisnya agar puisi tersebut memiliki arti yang bermanfaat, Dan tidak menjadi puisi tanpa makna.

Unsur-unsur Puisi

Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur-unsur puisi, diantaranya ialah kata, larik, bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur puisi ini saling mempengaruhi keutuhan dalam sebuah puisi. Berikut adalah uraian kelima unsur puisi.

1. Kata
Kata adalah unsur utama dalam terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat akan menentukan kesatuan dan keutuhan pada unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang terpilih akan disatukan dalam kalimat menjadi sebuah larik.

2. Larik (Baris)
Larik (baris) mempunyai pengertian yang berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buah, tapi pada puisi baru tidak ada batasan.

3. Bait
Bait merupakan kumpulan beberapa larik yang tersusun secara harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam setiap bait biasanya ada empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.

4. Bunyi
Dalam puisi bunyi bersifat estetik, bunyi merupakan unsur puisi untuk mendapatkan keindahan. Bunyi ini erat kaitannya dengan anasir-anasir musik, seperti: lagu, melodi, irama, dan sebagainya.

Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) ad alah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh kata-kata dalam larik dan bait pada puisi. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi.

5. Makna
Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata dalam puisi. Makna ini akan menjadi isi dan pesan pada puisi tersebut. Melalui makna ini misi penulis puisi akan tersampaikan.

Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi dapat dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.

Struktur Batin Puisi (hakikat puisi)

1. Tema
Tema dalam puisi adalah gagasan utama yang dikemukakan oleh penyair dalam puisi yang diciptakannya. Setiap puisi pasti memiliki tema tertentu yang mungkin berbeda dan mungkin pula ada yang sama dengan puisi lainnya.

2. Rasa (feeling)
Rasa (feeling) adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya tersebut. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi si penyair, seperti latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, serta pengetahuan.

3. Nada (tone)
Nada (tone) adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk dapat memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

4. Amanat/tujuan/maksud (itention)
Sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisinya tersebut. Tujuan dari diciptakannya puisi tersebut bisa dicari sebelum penyair membuat puisi, ataupun dapat ditemui di dalam puisinya.

Sedangkan struktur fisik puisi (metode puisi) adalah sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.

Struktur Fisik Puisi (metode puisi)

1. Perwajahan Puisi (Tipografi)
Perwajahan Puisi (Tipografi) adalah bentuk puisi, ibarat halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, sampai baris-baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut akan menentukan pemaknaan terhadap puisi.

2. Diksi
Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan penyair dalam puisinya. Karena puisi merupakan bentuk karya sastra yang kata-katanya dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-kata tersebut harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, serta urutan kata.

3. Imaji
Imaji adalah susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, serta perasaan. Imaji dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji peraba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, ataupun merasakan seperti apa yang dialami oleh si penyair.

4. Kata kongkret
Kata kongkret adalah kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan ataupun lambang. Misal kata kongkret “salju" melambangkan kebekuan kehampaan hidup, cinta, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

5. Bahasa figuratif
Bahasa figuratif yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan dan meningkatkan efek yang akan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna (Waluyo, 1987:83).
Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

6. Versifikasi
Versifikasi ini menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal puisi, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:

  1. Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.)
  2. Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92])
  3. Pengulangan kata/ungkapan. Ritme adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritme sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

Puisi Lama dan Puisi Baru

1. Puisi Lama

Puisi lama adalah jenis puisi yang terikat dengan beragam aturan dari segi rima, bait, hingga suku katanya. Tiap-tiap jenis puisi lama memiliki ketentuan yang berbeda dengan jenis lainnya.

Berikut ini adalah beragam jenis puisi lama beserta aturan yang mengikatnya.

Jenis-Jenis Puisi Lama

1. Pantun
Jenis puisi lama yang satu ini pastinya sudah akrab dengan kalian. Pantun berasal dari kata "panutun" asal Minangkabau, jenis puisi yang satu ini awalnya dipakai untuk menjalin pergaulan di lingkungan masyarakat. Mengenai ciri-ciri dari pantun pun cukup banyak, seperti di bawah ini.
  • Tiap bait terdiri atas empat baris.
  • Tiap baris terdiri atas 8—12 suku kata.
  • Memiliki rima a-b-a-b
  • Baris pertama dan kedua berisi sampiran, yakni kata-kata pembuka kurang berkaitan dengan maksud/makna dari pantun.
  • Baris ketiga dan keempat berisi isi dari puisi ini.
Contoh:
Berjalan di terik hingga lena
Haruslah beristirahat agar takkan mati
Gerutu itu tiada berguna
Rasa syukurlah yang buat hidup berarti

2. Karmina
Karmina memiliki syarat yang tidak berbeda jauh dengan pantun, karmina bisa juga dibilang jenis pantun  singkat. Ciri-cirinya tidak terlalu berbeda dengan pantun, berikut adalah ciri-ciri karmina.
  • Tiap bait terdiri atas dua baris.
  • Tiap baris terdiri atas 8—12 suku kata
  • Rima ada di tiap frasa dengan pola a-b-a-b
  • Frasa pertama di baris pertama berima sama dengan frasa pertama di baris kedua, begitu pula dengan frasa selanjutnya di tiap baris.
  • Baris pertama adalah sampiran, sedangkan isi ada di baris kedua.
Contoh:
Dahulu parang sekarang besi
Dahulu sayang sekarang benci
3. Talibun
Jika karmina bisa dikatakan sebagai puisi singkat, talibun adalah makna sebaliknya. Jenis puisi lama yang satu ini seperti pantun, hanya saja memiliki baris yang lebih panjang. Berikut ini adalah cirinya.
  • Tiap baitnya memiliki baris berjumlah genap, namun lebih dari empat.
  • Jumlah suku kata tiap baris berkisar 8—12 kata.
  • Memiliki rima a-b-c-a-b-c.
  • Setengah dari jumlah baris per bait di bagian awal adalah sampiran, selanjutnya isi.
Contoh:
Mencari batu sepanjang lima senti
Batu diambil lalu letakkan sejajar
Jangan lupa diatur mengelilingi gelas
Jika setiap hari bermain tiada henti
Tak pernah ada waktu untuk belajar
Jangan kaget nantinya tinggal kelas

4. Seloka
Jika dilihat dari strukturnya, jenis puisi lama yang satu ini sangat mirip dengan pantun. Yang membedakan keduanya adalah letak dari isinya. Berikut ini adalah ciri dari seloka.
  • Tiap bait minimal terdiri atas empat baris, dapat lebih asal genap.
  • Tiap baris terdiri atas 8—12 suku kata.
  • Tiap baris adalah isi puisi.
  • Memiliki rima a-b-a-b
Contoh:
Warna merah menghias kuku
Cantik nia kala dipandang
Sang istri menjadi sendu
Karena mertua tak kunjung bertandang

5. Mantra
Untuk mantra idak ada ciri khusus untuk jenis puisi yang satu ini. Puisi lama yang dianggap memiliki kekuatan gaib ini dapat dibilang sebagai jenis puisi lama yang pertama kali berkembang. Ciri khas dari mantra adalah ada sebagian kata-kata yang diulang untuk memberi rasa sugesti bagi yang mendengarkan.

6. Syair
Syair lebih ke arah bercerita. Mengenai aturannya sendiri, antara lain sebagai adalah sebagai berikut.
  • Tiap bait terdiri atas empat baris.
  • Tiap baris terdiri atas 8—12 suku kata.
  • Setiap baris adalah isi dan saling berkait.
  • Memiliki rima a-a-a-a.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala
Tersebutlah sebuah cerita
Tentang negeri yang aman sentosa
Dipimpin raja nan bijaksana

7. Gurindam
Jika karmina dapat diartikan sebagai pantun singkat, gurindam adalah syair yang singkat. Ciri gurindam adalah sebagai berikut.
  • Tiap bait terdiri atas dua baris.
  • Tiap baris terdiri atas 8—12 suku kata.
  • Memiliki rima a-a.
  • Tiap baris adalah isi.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu akan tersesat

2. Puisi Baru

Puisi baru adalah jenis puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan baku tertentu dalam pembuatannya. Artinya puisi baru ialah jenis puisi yang bebas, tidak terikat dengan aturan jumlah suku kata, jumlah baris, rima (sajak) atau jumlah bait dalam pembuatannya.

Ciri-ciri Puisi Baru

  • Tidak ada aturan pada jumlah suku kata, baris, rima (sajak) atau jumlah bait dalam pembuatannya.
  • Bentuk tertulis rapi dan simetris.
  • Mempunyai sajak yang teratur (a-a-a-a atau a-b-a-b atau a-b-c-d a-b-c-d atau lainnya) tetapi tidak ada aturan baku terhadap sajak ini.
  • Biasanya penulisnya diketahui namanya.
  • Sebagian puisi baru memiliki 4 baris dalam satu bait.
  • Bentuk antar bait dapat berbeda antara yang satu dengan yang lain, tetapi isinya tetap berhubungan.

Jenis-jenis Puisi Baru

1) Jenis Puisi Berdasarkan Isinya
  1. Balada, adalah jenis puisi baru yang isinya berupa kisah atau cerita.
  2. Himne, adalah puisi yang berisi pujian ataupun sanjungan kepada tuhan, alam, tanah air, atau tokoh yang dihormati.
  3. Romansa, adalah puisi baru yang isinya tentang percintaan dan juga kasih sayang.
  4. Ode, adalah jenis puisi baru yang isinya berupa sanjungan kepada bangsawan ataupun orang yang berjasa bagi penyair.
  5. Epigram, adalah jenis puisi baru yang berisi tentang nasihat dalam kehidupan.
  6. Satire, adalah jenis puisi baru yang isinya berupa sindiran ataupun kritikan.
  7. dll.

2) Jenis Puisi Baru Berdasarkan Bentuknya
  1. Distikon, adalah jenis puisi yang tiap baitnya terdiri dari 2 baris.
  2. Terzina, adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri dari 3 baris.
  3. Kuatrain, adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri dari 4 baris.
  4. Kuint, adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri dari 5 baris.
  5. Sektet, adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri dari 6 baris.
  6. Septime, adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri dari 7 baris.
  7. Oktaf, adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri dari 8 baris.
  8. Soneta, adalah jenis puisi baru yang terdiri dari 14 baris dibagi menjadi dua bentuk. 8 Baris pertama membentuk dua bait dengan masing-masing 4 baris tiap baitnya, sedangkan 6 baris selanjutnya membentuk dua bait dengan masing-masing 3 baris tiap baitnya.

Contoh Puisi Baru

Sebentar Saja 
karya Ahablogweb

Beri waktuku sebentar saja
Belum cukupku membalas jasa
Duhai ibuku jangan berduka
Maafkan aku kau tak bahagia

Sampai sekarang hanya usaha
Tambahkan doa oh supaya
Tak lelah jiwa dan juga raga
Menggapai asa sebentar saja

Aku tahu hampir saatnya
Tapi izinkan aku merasa
Kehangatan itu yang salalu ada
Oh sebentar saja
Mungkin untuk terakhir kalinya

Selamat tinggal oh ibunda

Demikianlah informasi tentang Pengertian Puisi, Ciri, Jenis-Jenis, Unsur dan Struktur Puisi. Semoga  artikel ini bermanfaat bagi kita semua baik itu pengertian puisi, ciri-ciri puisi, jenis-jenis puisi, unsur-unsur puisi dan struktur puisi.
 
About - Contact Us - Sitemap - Disclaimer - Privacy Policy
Back To Top