Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sesuatu Dalam hal ini, persamaan dan perbedaan antara teks anekdot dan teks lain. Unsur yang dibandingkan adalah struktur dan kaidah teks tersebut Perhatikan lagi kutipan teks anekdot ”Pak Harto Lewat Jalan Tol" kemudian bandingkan dengan beberapa teks berikut.
Kutipan Teks 1
Teks tersebut memiliki struktur dan kaidah yang hampir sama dengan anekdot, yakni cerita singkat, menggunakan tokoh manusia, ada alur, latar, fiktif, dan lucu. Bedanya, objek penceritaannya adalah sifat anggota kolektif atau kelompok (pastor), bukan pribadi tokoh yang dapat diidentifikasi (Gus Dur bukan tokoh yang dianekdotkan, melainkan penyampai cerita).
Penggunaan di sebuah negeri menjadikan latar tersebut tidak faktual. Jadi, teks tersebut bukan anekdot, melainkan teks lelucon (joke).
Kutipan Teks 2
Teks tersebut juga berbentuk cerita, ada tokoh manusia, ada alur, dan Iatarnya faktual. Dari segi kaidah, objeknya menceritakan pribadi tokoh. isinya mengandung pesan, yaitu nilai keteladanan tokoh Pengeran Kusumahdinata. Bedanya, cerita tersebut tidak memiliki unsur kelucuan. Jadi, teks tersebut bukan anekdot, melainkan teks legenda (cerita rakyat yang berhubungan dengan sejarah Jalan Cadas Pangeran).
Kutipan teks 3
Teks tersebut juga berbentuk cerita, ada alur, dan iatarnya faktual. Dari segi kaidah, isinya bersifat hktif dan mengandung pelajaran bahwa kita jangan berbuat jahat. Bedanya, cerita tersebut bertokohkan binatang dan tidak memiliki unsur kelucuan. Jadi, teks tersebut bukan anekdot, melainkan teks fabel (cerita yang menggambarkan watak manusia yang diperankan oleh binatang). Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat membuat tabel karakterisasi teks-teks tersebut.
l) Menentukan Topik
Tentukanlah anekdot apa yang akan dibuat, misalnya, tentang tokoh agama, tokoh politik, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dosen, guru, dokter, penyuluh KB, atau tokoh lainnya. Apa pun topiknya, anekdot yang akan dibuat harus sesuai dengan konteks kehidupan si pembaca/pendengar. Tujuannya adalah agar anekdot tersebut dapat dipahami oleh si pembaca/pendengar.
2) Mengumpulkan Bahan
Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, pengamatan, surat kabar, siaran televisi, imajinasi, atau dari yang lainnya.
3) Menyusun Kerangka
Menyusun kerangka berarti memecahkan topik kedalam beberapa subtopik secara sistematis dan logis. Susunannya dapat mengikuti pola: (l) eksposisi-intrik-konflik-resolusi, (2) abstrak-orientasi-krisisreaksi-koda, (3) perkenalan-isi cerita-akhir yang mengentak, atau pola yang lainnya.
Perhatikan penjelasan berikut.
Abstrak : bagian di awal paragraf yang berisi gambaran tentang isi teks. Biasanya, bagian ini menunjukkan hal menarik yang akan ada di dalam teks.
Orientasi: bagian ini berisi penyebab munculnya masalah.
Krisis : bagian ini berisi masalah atau kemelut (puncak konflik).
Reaksi : bagian penyelesaian atas masalah yang timbul di bagian krisis. Reaksi ini harus memuat unsur kelucuan, sindiran, atau kritik yang menarik dan mengesankan.
Koda : bagian ini berisi penegasan atau simpulan yang mengesankan terhadap kritik atau sindiran yang kalian tonjolkan.
4) Mengembangkan Kerangka
Setelah kerangka atau urutan subtopik tersusun, langkah selanjutnya adalah mengembangkan kerangka tersebut menjadi anekdot yang lengkap. Kembangkanlah satu subtopik menjadi beberapa kalimat. Hubungkanlah setiap kalimat menjadi rangkaian kalimat yang padu atau koheren.
5) Memberi Judul
Langkah berikutnya adalah memberi judul. Judul tersebut harus menggambarkan keseluruhan isi anekdot yang telah dikembangkan. Judul dapat diambil dari nama tokoh, perbuatan tokoh, tempat kejadian, atau yang lainnya yang sesuai dengan isi cerita. Untuk anekdot di atas, kita dapat memberinya judul ”Pak Harto Pilih NU Diskon”.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam membuat anekdot adalah segi bahasa, topik, dan perulangan topik. Gunakanlah bahasa yang mudah dipahami oleh si pencerita dan pendengar. ingat, anekdot akan memiliki makna, jika ada kesepahaman antara pencerita dan pendengarnya. Selain itu, agar lebih menarik, pilihlah topik anekdot yang sesuai dengan konteks kehidupan terkini.
Begitu pula tokoh yang dianekdotkan harus dikenal oleh pendengar/pembaca saat ini. Terakhir, hindarilah terjadinya perulangan topik atau memilih topik yang sudah diketahui oleh pendengar/pembaca.
Kutipan Teks 1
Waktu Gus Dur menjabat Presiden RI, suatu ketika beliau bertemu dengan para romo (pastor) seluruh Keuskupan Agung Semarang. Tak ketinggalan Gus Dur menyelipkan ceritanya.
Ada pastor pastor di sebuah negeri senang berburu binatang buas. Ketika itu, selesai misa hari Minggu, seorang pastor pergi ke hutan berburu binatang buas. Ia melihat seekor harimau. Si pastor mengokang senapan dan menembaknya, dor . . . dor! Ternyata, tembakannya meleset. Sang harimau balik mengejar si pastor. Pastor segera mengambil langkah seribu. Tiba tiba si pastor berhadapan dengan jurang yang dalam. Si pastor langsung berhenti, berlutut, dan mengatupkan tangannya berdoa sebelum diterkam, berdoa sebelum mati.
Selesai berdoa, si pastor terheran heran karena ia masih hidup. Ia menoleh ke kanan, dilihatnya harimau pun berlutut dan berdoa sambil mengatupkan kedua kaki depannya, seperti orang Katolik mengatupkan kedua tangannya ketika berdoa. Si pastor bertanya kepada harimau, Waktu Gus Dur menjabat Presiden RI, suatu ketika beliau bertemu dengan para romo (pastor) seluruh Keuskupan Agung Semarang. Tak ketinggalan Gus Dur menyelipkan ceritanya.
Ada pastor pastor di sebuah negeri senang berburu binatang buas. Ketika itu, selesai misa hari Minggu, seorang pastor pergi ke hutan berburu binatang buas. Ia melihat seekor harimau. Si pastor mengokang senapan dan menembaknya, dor . . . dor! Ternyata, tembakannya meleset. Sang harimau balik mengejar si pastor. Pastor segera mengambil langkah seribu. Tiba tiba si pastor berhadapan dengan jurang yang dalam. Si pastor langsung berhenti, berlutut, dan mengatupkan tangannya berdoa sebelum diterkam, berdoa sebelum mati.
Selesai berdoa, si pastor terheran heran karena ia masih hidup. Ia menoleh ke kanan, dilihatnya harimau pun berlutut dan berdoa sambil mengatupkan kedua kaki depannya, seperti orang Katolik mengatupkan kedua tangannya ketika berdoa. Si pastor bertanya kepada harimau,
"Harimau, kamu, kok, tidak menerkam saya, malah ikut berdoa seperti saya, mengapa?”
"Ya, saya sedang berdoa, berdoa sebe/um makan!"jawab harimau.
Teks tersebut memiliki struktur dan kaidah yang hampir sama dengan anekdot, yakni cerita singkat, menggunakan tokoh manusia, ada alur, latar, fiktif, dan lucu. Bedanya, objek penceritaannya adalah sifat anggota kolektif atau kelompok (pastor), bukan pribadi tokoh yang dapat diidentifikasi (Gus Dur bukan tokoh yang dianekdotkan, melainkan penyampai cerita).
Penggunaan di sebuah negeri menjadikan latar tersebut tidak faktual. Jadi, teks tersebut bukan anekdot, melainkan teks lelucon (joke).
Kutipan Teks 2
Ketika pembuatan jalan Anyer Panarukan. banyak rakyat yang sakit bahkan meninggal termasuk rakyat Sumedang. Pangeran Kusumahdinata, Bupati Sumedang ketika itu terus memikirkan cara untuk meringankan penderitaan mereka. Akhirnya, beliau memerintahkan agar rakyat berhenti membuat jalan. Ini melegakan hati rakyat sekaligus menimbulkan kegemparan di kalangan bangsawan.
Ketika Daendels melakukan peninjauan ke Sumedang, Pangeran Kusumahdinata datang menyambutnya. Pangeran menyalaminya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya memegang hulu keris.
'Apa artinya ini?'tanya Daendels dengan heran dan marah.
”Tuan melihat bahwa rakyat saya berhenti bekerja. Pasti Tuan akan menghukum saya. Akan tetapi sebelum serdaduTuan menembak saya, saya dapat membunuhTuan dulu dengan keris ini,"ujar Sang Pangeran. Mendengar itu Daendels tertegun.
”Mengapa Pangeran memerintahkan mereka berhenti bekerja?‘ tanya Daendels.
'Rakyat saya sangat menderita,” jawab pangeran. Daendels pun memahami maksud Pangeran Kusumahdinata dan sangat menghargai keberaniannya. Setelah itu, ia mengerahkan pasukan zeni untuk menyelesaikan pembuatan jalan itu.
Kini jalan itu tidak dipergunakan lagi karena sudah diganti jalan baru.Wa|aupun begitu, jalan itu pun tetap disebut Cadas Pangeran untuk menghormati Pangeran Kusumahdinata yang siap mengorbankan jiwa demi rakyatnya.
Teks tersebut juga berbentuk cerita, ada tokoh manusia, ada alur, dan Iatarnya faktual. Dari segi kaidah, objeknya menceritakan pribadi tokoh. isinya mengandung pesan, yaitu nilai keteladanan tokoh Pengeran Kusumahdinata. Bedanya, cerita tersebut tidak memiliki unsur kelucuan. Jadi, teks tersebut bukan anekdot, melainkan teks legenda (cerita rakyat yang berhubungan dengan sejarah Jalan Cadas Pangeran).
Kutipan teks 3
Ada bangau yang bersahabat dengan anjing. Suatu hari, Anjing mengundang Bangau untuk makan. Di rumah Anjing telah tersedia hidangan dalam dua buah piring ceper, yaitu bubur yang encer sekali. Si Anjing menyilakan Bangau makan. Namun, karena buburnya encer dan diletakkan di piring ceper, tidak mungkin Bangau dapat mematuk bubur tersebut. Oleh karenanya, dengan menahan lapar dan sakit hati, Bangau pulang ke rumahnya.
Beberapa hari kemudian, tibalah giliran Bangau mengundang Anjing. Setelah Anjing tiba di rumah Si Bangau, telah tersedia makanan di dalam dua buah tabung yang sangat sempit mulutnya. Hanya paruh bangau yang bisa masuk ke mulut tabung itu, tetapi tidak untuk mulut anjing yang lebar.Tentu Anjing sangat dongkol. Anjing tidak bisa marah karena sadar itu balasannper'buatan'dia kepada Bangau sebelumnya.
Teks tersebut juga berbentuk cerita, ada alur, dan iatarnya faktual. Dari segi kaidah, isinya bersifat hktif dan mengandung pelajaran bahwa kita jangan berbuat jahat. Bedanya, cerita tersebut bertokohkan binatang dan tidak memiliki unsur kelucuan. Jadi, teks tersebut bukan anekdot, melainkan teks fabel (cerita yang menggambarkan watak manusia yang diperankan oleh binatang). Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat membuat tabel karakterisasi teks-teks tersebut.
Membuat Teks Anekdot
Setelah memahami karakteristik teks anekdot dan teks cerita lainnya, kalian akan dapat membuat teks anekdot sesuai dengan struktur dan kaidah yang tepat. Langkah membuat anekdot sama dengan langkah menulis cerita lainnya, yaitu menentukan topik, mengumpulkan bahan, menyusun kerangka, mengembangkan kerangka, dan memberijudul.l) Menentukan Topik
Tentukanlah anekdot apa yang akan dibuat, misalnya, tentang tokoh agama, tokoh politik, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dosen, guru, dokter, penyuluh KB, atau tokoh lainnya. Apa pun topiknya, anekdot yang akan dibuat harus sesuai dengan konteks kehidupan si pembaca/pendengar. Tujuannya adalah agar anekdot tersebut dapat dipahami oleh si pembaca/pendengar.
2) Mengumpulkan Bahan
Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, pengamatan, surat kabar, siaran televisi, imajinasi, atau dari yang lainnya.
3) Menyusun Kerangka
Menyusun kerangka berarti memecahkan topik kedalam beberapa subtopik secara sistematis dan logis. Susunannya dapat mengikuti pola: (l) eksposisi-intrik-konflik-resolusi, (2) abstrak-orientasi-krisisreaksi-koda, (3) perkenalan-isi cerita-akhir yang mengentak, atau pola yang lainnya.
Perhatikan penjelasan berikut.
Abstrak : bagian di awal paragraf yang berisi gambaran tentang isi teks. Biasanya, bagian ini menunjukkan hal menarik yang akan ada di dalam teks.
Orientasi: bagian ini berisi penyebab munculnya masalah.
Krisis : bagian ini berisi masalah atau kemelut (puncak konflik).
Reaksi : bagian penyelesaian atas masalah yang timbul di bagian krisis. Reaksi ini harus memuat unsur kelucuan, sindiran, atau kritik yang menarik dan mengesankan.
Koda : bagian ini berisi penegasan atau simpulan yang mengesankan terhadap kritik atau sindiran yang kalian tonjolkan.
4) Mengembangkan Kerangka
Setelah kerangka atau urutan subtopik tersusun, langkah selanjutnya adalah mengembangkan kerangka tersebut menjadi anekdot yang lengkap. Kembangkanlah satu subtopik menjadi beberapa kalimat. Hubungkanlah setiap kalimat menjadi rangkaian kalimat yang padu atau koheren.
Suatu hari di Bulan Ramadhan, Gus Dur bersama beberapa kiai diundang ke kediaman Presiden Suharto untuk buka bersama. Setelah buka, diteruskan salat magrib berjamaah. Setelah makan dan minum, terjadilah obrolan antara Pak Harto dan Gus Dur.
”Gus Dur, sampai malam di sini, kan.?"tanya Pak Harto.
"Tidak, Pak! Saya harus pergi ke tempat lain/jawab Gus Dur dengan singkat.
”Oh, iya, silahkan, tapi kiainya tinggal di sini, ya?" pinta Pak Harto dengan sangat.
”Oh, iya, Pak! Tapi harus ada penjelasan," ujar Gus Dur,
"Penjelasan apa?"tanya Pak Harto sedikit heran.
”Salat tarawihnya itu mengikuti NU lama atau NU baru?"tanya Gus Dur.
Pak Harto menjadi bingung. Baru sekarang dia mendengar ada NU lama dan NU baru. Karena penasaran, sambil menatap, ia kembali bertanya kepada Gus Dur.
"La, NU lama dan NU baru apa bedanya?"
”NU lama tarawih dan witirnya 23 rakaat."
”Oh, ya sudah, ga apa apa. Saya sudah tahu itu," kata Pak Harto dengan mantap. Namun, dia jadi makin penasaran dengan NU baru.
'La, kalau NU baru, Gus?” ”Diskon 60 %. Jadi, tarawih dan witirnya tinggal 11 rakaatfjawab Gus Dur. '
”Ya sudah, saya ikut NU baru saja. Pinggang saya sakit.”
Pak Harto, Gus Dur, dan orang-orang yang mendengar dialog tersebut jadi tertawa.
5) Memberi Judul
Langkah berikutnya adalah memberi judul. Judul tersebut harus menggambarkan keseluruhan isi anekdot yang telah dikembangkan. Judul dapat diambil dari nama tokoh, perbuatan tokoh, tempat kejadian, atau yang lainnya yang sesuai dengan isi cerita. Untuk anekdot di atas, kita dapat memberinya judul ”Pak Harto Pilih NU Diskon”.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam membuat anekdot adalah segi bahasa, topik, dan perulangan topik. Gunakanlah bahasa yang mudah dipahami oleh si pencerita dan pendengar. ingat, anekdot akan memiliki makna, jika ada kesepahaman antara pencerita dan pendengarnya. Selain itu, agar lebih menarik, pilihlah topik anekdot yang sesuai dengan konteks kehidupan terkini.
Begitu pula tokoh yang dianekdotkan harus dikenal oleh pendengar/pembaca saat ini. Terakhir, hindarilah terjadinya perulangan topik atau memilih topik yang sudah diketahui oleh pendengar/pembaca.